Indonesia digadang-gadang akan meraup bonus demografi dan menikmati masa keemasan pada 2020-2045. Bonus demografi tersebut berasal dari jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif yaitu 15-64 tahun yang mana lebih besar daripada penduduk yang berusia tidak produktif di usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun. Proporsinya diperkirakan mencapai 70 persen berbanding 30 persen.
Untuk itu, konsistensi negara hukum menjadi penting untuk mencapai Indonesia emas 2045. Tidak hanya itu, perlu banyak pembangunan yang dilakukan negara guna persiapan untuk Indonesia emas pada tahun 2045 yang tidak luput dari nilai Pancasila. Selain kesiapan dalam pembangunan ekonomi sosial, diperlukan juga peningkatan sumber daya manusia untuk mempersiapkan Indonesia pada posisi emas di tahun 2045.
“Bonus demografi menjadi semacam semangat baru untuk Indonesia meyakinkan diri bahwa di tahun 2045 kita akan bukan hanya sama, tetapi juga bisa bersaing dengan negara maju. Tetapi perlu diingat bonus demografi bisa jadi beban jika tidak dipersiapkan dengan baik,’’ ujar Dosen Fakultas Hukum Universitas Yarsi Dodik Pranata Wijaya dalam Instagram Live Hukumonline Academy#29 bertajuk “Indonesia Emas 2045: Beban atau Kehebatan?”, Selasa (27/2/2024).
Baca Juga:
- FH UII Resmi Miliki Hukumonline Corner Pertama di Wilayah DIY
- FH UNEJ Tetapkan Lawpreneur Jadi Profil Khas Lulusannya
Menurut Dodik, terdapat dua kunci utama agar bonus demografi untuk tercapainya Indonesia emas 2045. Agar tidak menjadi beban, bonus demografi haruslah menjadi peluang yaitu dengan pengelolaan sumber daya alam dan peningkatan sumber daya manusia.
Hal ini senada dengan tujuan pemerintah untuk menyiapkan generasi emas 2045, dengan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 atau dikenal dengan visi Indonesia Emas. Salah satu yang menjadi fokus strategi dan kebijakan adalah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang produktif dan berkualitas.
“Pengelolaan sumber daya alam tidak bisa kita hindarkan, sebagai negara yang kaya perlu pemanfaatan dan pengelolaan yang bijak untuk alam kita. Kemudian, bonus demografi tentu main core-nya adalah manusia itu sendiri. Jadi kita perlu pengelolaan sumber daya manusia yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga bijak,’’ sambungnya.