Al-Ustadz Haji Christiaan Snouck Hurgronje, Memang Bukan Ulama
Edsus Lebaran 2024

Al-Ustadz Haji Christiaan Snouck Hurgronje, Memang Bukan Ulama

Ilmuwan Barat yang repot-repot masuk Islam untuk meneliti Makkah dan kehidupan ibadah di dalamnya secara mendalam.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 7 Menit

Disertasi Husnul Aqib Suminto, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, berjudul Politik Islam Hindia Belanda mengakui Snouck Hurgronje pernah berislam dan menjalankan rukun Islam sejak dari Mekkah. Van den Doel mencatat Snouck Hurgronje sempat menjalankan puasa Ramadan di Makkah. “Andaikata pengakuan Snouck Hurgronje ternyata kemudian hanya merupakan pengakuan tipu daya, masalahnya bisa dikembalikan kepada kejujuran Snouck Hurgronje sendiri, bukan kesalahan atau kebodohan orang lain yang mempercayainya,” kata Aqib Suminto.

Hukumonline.comFoto lampiran dalam buku SNOUCK: Het Volkomen geleerdenleven van Christiaan Snouck Hurgronje (diterjemahkan berjudul SNOUCK: Biografi Ilmuwan Christiaan Snouck Hurgronje)

Berhaji

Snouck Hurgronje tiba di Makkah pada 22 Februari 1884 dengan niat bisa mengikuti ibadah haji secara langsung. Ia langsung menunaikan ritual umrah pada malam pertama di Makkah termasuk anjuran mencium Hajar Aswad. Namun, Agustus 1885 ia diusir dari Makkah oleh otoritas Khilafah Utsmani yang menguasai Makkah saat itu.

Snouck Hurgronje difitnah Wakil Konsul Prancis dalam urusan perburuan artefak sejarah bernilai tinggi. Meski sempat mengikuti musim haji dan bergaul luas dengan kalangan muslim di Makkah, rencananya menetap lama di sana gagal. Kesalahpahaman dengan Wakil Konsul Prancis membuat citra Haji Abdul Gaffar kembali menjadi seorang Belanda Kristen yang berpura-pura memeluk Islam demi berburu barang antik bersejarah. Bahkan Snouck Hurgronje tidak terdeteksi sebagai utusan pemerintah Belanda untuk melakukan riset sosial demi kepentingan politik.

Desember 1885 ia telah kembali ke Leiden, Belanda. Ia membawa sejumlah informasi dan foto eksklusif pelaksanaan ibadah haji di Makkah. Namun, Van den Doel mencatat laporan perjalanannya ke Arab itu tidak pernah disampaikan kepada Kementerian Urusan Tanah Jajahan. Snouck berpendapat bahwa perjalanannya bukan atas tugas pemerintah dan berdalih tidak pernah merasa tahu pemerintah menyatakan ingin mendapat informasi. Sikap ini sempat membuat Kementerian Urusan Tanah Jajahan berang.

Semua hasil riset lapangan di Makkah hanya diolah menjadi laporan ilmiah untuk studi di komunitas ilmuwan yang diikutinya. Dua jilid buku monumental berjudul Makkah menjadi karya agungnya. Tidak ada penghinaan tendensius dalam dua karyanya itu. Segala sisi bagus dan buruk yang ia alami disajikan apa adanya. Snouck juga menjelaskan makna ibadah haji bagi kehidupan keagamaan di Hindia Belanda. Kesimpulannya, tidak perlu mengusik ritual ibadah umat Islam termasuk haji.

Tahun 1889 takdir membawa Snouck ke Hindia Belanda. Ia melewati usia 30-an hingga akhir 40-an di Hindia Belanda dengan segala kiprah yang kontroversial. Ia kembali ke Belanda pada tahun 1906. Ada yang membencinya sebagai antek penjajah Belanda dan musuh umat Islam. Toh, ada yang mengakuinya sebagai ilmuwan jenius yang berakhir sebagai Guru Besar Bahasa dan Kebudayaan Arab di Universitas Leiden pada tahun 1907.

Sebutan ulama memang tidak mungkin diterima kalangan umat Islam untuk disematkan pada Haji Christiaan Snouck Hurgronje. Namun, istilah Arab dari Guru Besar atau Profesor pada dasarnya sepadan dengan Ustadz. Jadi, tidak salah juga menyebutnya Al-Ustadz Haji Christiaan Snouck Hurgronje.

Tags:

Berita Terkait