Cerita Hakim Tak Mudik Gara-Gara Covid-19
Lipsus Lebaran 2020

Cerita Hakim Tak Mudik Gara-Gara Covid-19

“Ada keadaan yang membuat kita tidak bisa seperti biasanya, tidak bisa berkumpul bersama keluarga saat waktu penting (lebaran, red). Saya pribadi terus terang tidak mengeluh, saya memahami kondisi ini, yaa kita jalani saja begini.”

Aida Mardatillah
Bacaan 2 Menit

“Ada tradisi nyareh engon jeuh mesteh haros toron (meski mencari makan jauh-jauh harus tetap pulang). Kalau tidak mudik biasanya karena diusir orang tua atau tidak punya uang. Biasanya kalau tidak mudik diharap-harap dan orang tua nangis disana,” ujar Nur Kholis yang diselingi bahasa daerahnya.

Bagi orang Madura, kata dia, orang tua sudah seperti Tuhan kedua karena doa dan restunya manthih (mujarab). “Jadi diusahakan biasanya pulang walau tidak bawa apa-apa. Orang tua sih mengerti, tapi tetap saja ketika telepon tetap selalu ditanya bisa pulang atau tidak? Jadi, tambah kerong (kangen),” ujarnya.

Dia merasa lebaran tahun ini kurang menyenangkan karena anggota keluarganya terpisah-pisah. Pasalnya, istri Nur Kholis berada di Nganjuk, anak keduanya berada kuliah di Jember, dan anak pertamanya kuliah di Surabaya. “Lebaran kali ini terpisah-pisah dari istri dan kedua anak. Tidak bisa ngumpul ada perasaan sedih, tiap tahun biasanya pulang ngumpul bersama keluarga.”

“Kemungkian berlebaran dan bersilaturahmi bersama teman-teman kantor di PN Moko-Moko, tidak bisa kemana-mana kan? Yang pasti saya bakal kangen dengan makanan khas Lebaran di Madura, seperti ayam bumbu ad’thun, peyek melinjo, menu santap wajib bersama keluarga saat berlebaran,” lanjutnya.   

Tidak hanya itu, dia mengaku jika mudik biasanya ziarah ke makam leluhur atau kakek-nenek yang sudah meninggal untuk mendoakannya. Dan biasanya ziarah di makam sekaligus bisa bersilatuhrahmi dengan warga sekitar yang juga berziarah. “Saling menanyakan kabar. Kalau orang Madura itu kalau mudik lebaran itu ada kebanggan tersendiri,” kata dia.  

“Makanya, mudik saat lebaran itu tidak bisa digantikan dengan apapun. Meski nanti ada pergantian hari libur, rasanya kalau pulang ke kampung halaman bukan saat momen lebaran itu beda rasanya,” akunya. (Baca: Potret Penegakan Hukum Kala Pandemi Covid-19)

Hakim Yustisial pada MA Abdul Halim merasakan hal serupa. Dirinya lebaran kali ini tidak mudik gara-gara wabah virus Corona yang belum mereda hingga saat ini. Biasanya, setiap tahun dirinya bersama istri dan anaknya pulang ke Banjarmasin atau Cianjur. Banjarmasin kampung halaman Abdul Hakim dan Cianjur kampung halaman istrinya. “Setiap lebaran bergiliran mudik ke Banjarmasin atau Cianjur. Nah, tahun ini giliran ke Banjarmasin, tapi akhirnya tidak bisa mudik gara-gara Corona,” kata Abdul Halim.

Tags:

Berita Terkait