Menakar Kesanggupan Pertamina Kelola 8 Blok Migas Terminasi
Berita

Menakar Kesanggupan Pertamina Kelola 8 Blok Migas Terminasi

Sebab, hingga mendekati masa tenggat waktu kontrak berakhir, Pertamina belum memberi rincian kontrak mengenai blok-blok migas tersebut.

CR-26
Bacaan 2 Menit
Diskusi publik bertajuk “Menyelisik Kesiapan Pertamina dalam Mengelola Blok Migas Habis Kontrak” di Hotel Atlet Century, Jakarta, Senin (26/2). Foto: CR-26
Diskusi publik bertajuk “Menyelisik Kesiapan Pertamina dalam Mengelola Blok Migas Habis Kontrak” di Hotel Atlet Century, Jakarta, Senin (26/2). Foto: CR-26

Sejak tahun lalu, pemerintah telah menugaskan PT Pertamina untuk mengelola blok-blok minyak dan gas (migas) yang berakhir pada 2018. Pemerintah meminta perusahaan milik negara tersebut memberi rincian kontrak blok-blok migas tersebut. Namun, hingga mendekati masa tenggat waktu kontrak berakhir, Pertamina belum memberi rincian kontrak mengenai blok-blok migas tersebut.

 

Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro menyampaikan lambatnya proses tersebut menimbulkan pertanyaan publik mengenai kesanggupan Pertamina mengelola blok-blok migas terminasi tersebut. Secara prinsip Komaidi mendukung blok-blok migas tersebut dikelola oleh Pertamina agar peran negara menguasai sumber daya energi semakin besar.

 

Namun, ia menyampaikan dalam mengelola blok migas tidak hanya kesiapan sumber daya manusia, tetapi juga memerlukan kekuatan finansial. “Kalau sifatnya penugasan Pertamina sebagai anak bangsa setuju. Tetapi, harusnya Pertamina ditanya dahulu siap atau tidak secara teknis, finasial dan ekonomi,” kata Komaidi dalam acara diskusi publik bertajuk “Menyelisik Kesiapan Pertamina dalam Mengelola Blok Migas Habis Kontrak”di Hotel Atlet Century, Jakarta, Senin (26/2/2018).

 

Komaidi menilai penugasan Pertamina mengelola blok-blok migas terminasi tersebut berat dilakukan. Pasalnya, biaya produksi migas Pertamina saat ini lebih tinggi dari rata-rata nasional. Ia khawatir pengelolaan blok-blok migas terminasi tersebut justru menambah beban bagi Pertamina sendiri. “Kalau WK (wilayah kerja) yang ditawarkan kecil-kecil dan tua-tua, maka tidak menguntungkan karena cost-nya besar,” kata Komaidi.

 

Dalam tahun ini terdapat delapan blok migas yang habis kontraknya yaitu Ogan Komering, Sanga-sanga, Tuban, Tengah,  East South East Sumatera, East Kalimantan, North Sumatera Off Shore dan Attaka. Delapan blok migas tersebut telah Kementerian ESDM tawarkan kepada Pertamina.

 

Berikut profil delapan blok migas yang berhasil dihimpun:

No

Blok Migas

Kontraktor Eksisting

Waktu Kontrak Berakhir

Ogan Komering, Sumatera Selatan

Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Jade Stone Energy

28 Februari 2018

Sanga-sanga, Kalimantan Timur

Victoria Indonesia Co (Vico)

7 Agustus 2018

Tuban

JOB Pertamina-Petrochina East Java

29 Februari 2018

Tengah

Total E&P

5 Oktober 2018

East South East Sumatera

CNOOC SES

5 September 2018

East Kalimantan

Chevron Indonesia

24 Oktober 2018

NSO

Pertamina Hulu Energy (Setelah membeli 100% aset dari ExxonMobil pada 2015)

15 Oktober 2018

Attaka

Inpex dan Chevron Indonesia

31 Desember 2017

 

Namun, dalam proses penugasan tersebut terjadi perubahan. Pertamina mengembalikan penugasan dua blok yaitu Blok Attaka dan East Kalimantan kepada pemerintah. Sedangkan, enam blok lainnya diberikan penawaran kepada kontraktor yang saat ini sedang mengoperasikan (eksisting). Dan dari hasil penawaran tersebut, pemerintah memutuskan Pertamina untuk mengelola dua blok migas yaitu Blok Tengah dan NSO.

Tags:

Berita Terkait