Riki mengakui tak mudah untuk mulai menulis. Setidaknya penulis harus memiliki motivasi yang mendorongnya untuk menulis. Misalnya mau berbagi informasi, meningkatkan kemampuan menganalisa, memperdalam isu tertentu, mendokumentasikan karya tulis, dan bahkan mendapat popularitas. Tantangan lain yang dihadapi soal kepercayaan diri, oleh karenannya penulis harus mengajak rekannya untuk bertindak sebagai korektor. Tugasnya mengoreksi artikel sebelum dikirim ke dapur editor untuk ditayangkan.
“Semakin banyak yang mengoreksi, tulisan itu semakin baik,” imbuhnya.
Perkembangan teknologi informasi memberi kemudahan bagi penulis untuk mencari ide tulisan. Riki memberi contoh direktori putusan MA, di kanal itu penulis bisa menelusuri perkara apa saja yang dikabulkan di tingkat kasasi dan peninjauan kembali (PK). Ketika putusan itu mengabulkan, maka majelis hakim kasasi memberi pertimbangan hukum yang mengoreksi putusan di tingkat judex facti. Pertimbangan putusan kasasi itu menurut Riki bisa diulas lebih dalam untuk dituangkan dalam tulisan.
“Tinggal ditambah komparasi dengan kasus di negara lain dan sebagainya,” pungkasnya.